Haus Wawasan adalah blog tentang pendidikan, ilmu pengetahuan umum, serta wawasan - wawasan yang sangat bermanfaat.

Tuesday, November 21, 2017

Sejarah Dinasti Bani Abbasiyah

Haus Wawasan -

Sejarah Dinasti Bani Abbasiyah, Dinasti Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Dinasti Umayyah. Dengan warisan tersebut, mereka dapat untuk mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan oleh Dinasti Umayyah yang besar dan Abasiyyah yang pertama memanfaatkannya. Penggantian Dinasti Umayyah kepada Dinasti Abasiyyah  bukan hanya sekedar penggantian dinasti, tetapi merupakan suatu revolusi dalam sejarah Islam. Sehingga pada perkembangannya akan banyak melahirkan ilmuan-ilmuan dan penemuan-penemuan baru. Dan revolusi ini suatu titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi Perancis dan Revolusi Rusia di dalam Sejarah Barat.

Sejarah Dinasti Bani Abbasiyah
Sejarah Dinasti Bani Abbasiyah


A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Dinasti Umayyah. Nama Dinasti Abbasiyah diambil dari salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Al-Abbas Ibn Abd Al-Muthalib Ibn Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, karena mereka adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab keturunan yang lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan pemberontakan terhadap Dinasti Umayyah

Pada saat pergantian kekuasaan dari Dinasti Umayyah kepada Dinasti Abbasiyah banyak diwarnai dengan pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang agama Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi pemerintahan melalui perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam.

Dalam sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah, menjelang berakhirnya akhir Dinasti Umayyah, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1.  Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada umumnya.
2.  Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3.  Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan terang-terangan.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H.

Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pasukan Marwan ibn Muammad (pasukan Dinasti Umayyah) melawan pasukan Abdul Abbas.  Pemberontakan tersebut terjadi akibat ketidakpuasan mereka tehadap khalifah-khalifah sebelumnya. Dan akhirnya di menangkan oleh pasukan Abbas. Pasukan pemberontak terdiri dari kalangan Khawarij, Syi’ah, Mawali, dan Bani Abbas.
          
 Para Mawali bekerja sama dengan Bani Abbas, komando tertinggi gerakan Bani Abbas tidak menyisakan keluaga Umayah, karena perburuannya terhadap keluarga Umayyah itu, ia dijuluki dengan As-Safah yang berarti ” Penumpah darah” dan hanya Abdurahman ibn Marwah yang berhasil meloloskan diri.
       
  Abu Abbas kemudian didaulat menjadi khalifah pertama Bani Abbasiyah. Tahun 750 M diproklamasikan berdirinya pemerintahan Bani Abbasiyah di Kufah. Khalifah petamanya adalah Abu Abbas Ash Shaffah yang di baiat di Masjid Kufah.

Adapun dasar – dasar pendirian Dinasti Abbasiyah antara lain:
1.  Dasar kesatuan untuk menghadapi perpecahan yang timbul di dinasti sebelumnya;
2.  Dasar universal (bersifat universal), tidak terlandaskan atas kesukuan;
3.   Dasar politik dan administrasi menyeluruh, tidak diangkat atas dasar keningratan;
4.  Dasar kesamaan hubungan dalam hukum bagi setiap masyarakat Islam;
5.  Pemerintahan bersifat Muslim moderat, ras Arab hanyalah dipandang sebagai salah satu bagian saja di antara ras-ras lain;
6.  Hak memerintah sebagai ahli waris nabi masih tetap di tangan mereka
           
Para ahli sejarah membagi pemerintahan bani Abbasiyah menjadi 5 periode yang didasarkan pada kondisi politik pemerintahan.

1. Periode Pertama (tahun 750 – 847 M)

Pada periode ini terdapat pengaruh persia yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan Bani Abbasiyah dan dalam bidang ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan terjadi pada periode ini yaitu ketika di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua sektor perekonomian maju, ilmu pengetehuan berkembang pesat sehingga rakyat menjadi sejahtera.

2. Periode kedua (tahun 847 – 945 M)

Bangsa Turki yang menjadi tentara mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka memilih dan menentukan khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran.

3. Periode ketiga (tahun 945 – 1055 M)

Pada masa Bani Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah hanya seperti pegawai yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham Syi’ah sedangkan Bani Abbasiyah berpaham Sunni.

4. Periode keempat (tahun 1055 – 1199 M)

Periode ini ditandai dengan masuknya Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena telah mengalahkan Bani Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang agama karena Bani Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni.

5. Periode kelima (tahun 1199 – 1258 M)

Pemerintahan Bani Abbasiyah tidak berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah kekuasaannya hanya tinggal Baghdad dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara Mongol dipinpin oleh Hulagu Khan masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota Baghdad dan isinya, sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.

peta kekuasaan bani abbasiyah
peta kekuasaan bani abbasiyah

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.

B. Kondisi Pemerintahan Dan Politik Dinasti Bani Abbasiyah

Kekuasaan pada periode Bani Abbas ini menerapkan pola pemerintahan berbeda-beda sesuai dengan kondisi politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan politik terbagi menjadi lima periode, yakni:

1. Periode Awal atau Pengaruh Persia Pertama (750-847)

Masa ini di awali sejak Abu Abbas menjadi khalifah (123 H/750 M) dan berlangsung hampir satu abad hingga meninggalnnya Khalifah Al-Wasiq (232 H/847 M). masa ini dianggap sebagai masa keemasan Abbasiyah karena berhasil memperluas wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus, dan dari Laut kaspia ke sungai Nil.

Salah satu karakteristik pemerintahan Dinasti Abasiyyah adalah menghilangkan Arabisme sehingga dengan adanya unsur non Arab yang mempengaruhi pemerintahannya seperti Persia dan Turki. Hal ini menjadi keragaman masyarakat  faktor yang menguntungkan  bagi Negara. Dengan hilangnya Arabisme dalam pemerintahan, mendorang munculnya banyak tokoh pemerintahan selain bangsa Arab.

Akan tetapi, di sisi lain hal ini pula yang menjadikan pemerintahan Dinasti Abbasiyah tidak efektif pada masa selanjutnya yaitu ketika pemerintahan hampir mayoritasnya dipegang oleh bangsa Buwaihi dan Saljuk.

            Pada awal pemerintahannya Abasiyyah lebih cenderung seperti pemerintahan Persia dimana raja mempunyai kekuasaan absolut. Masa inilah yang mengantarkan abasiyyah pada puncak kejayaannya. 
Adapun khalifah Bani Abbasiyah pada periode ini adalah:
a.  Abu Abbas as-Saffah            ( 132-137 H/ 750- 754M)
b.  Abu Ja’far al-Mansur (137-159 H/ 754-775 M)
c.   Al-Mahdi                      (159-169 H/ 775-785 M)
d.  Al-Hadi                         (169-170 H/ 785-786 M)
e.  Harun ar –Rasyid       (170-194 H/ 786-809 M)
f.    Al-Amin                                    (194-198 H/ 809-813 M)
g.  Al-Ma’mun                   (198-218 H/ 813-833 M)
h.  Al-Mu’tasim                 (218-228 H/ 833-842 M)
i.    Al-Wasiq                      (228-232 H/ 842-847 M)

2. Periode Lanjutan atau Turki Pertama (847-945),

 Ada 13 khalifah yang memerintah pada masa ini, masa ini ditandai dengan kebangkitan orang Turki salah satu cirinya adalah orang Turki memegang jabatan penting dalam pemerintahan, terbukti dengan dibangunnya kota Samarra’ oleh al-Mu’tashim. Sepeninggal al-Mutawakkil, para jenderal Turki berhasil mengontrol pemerintahan, sehingga khalifah hanya dijadikan sebagai “boneka” atau simbol seperti khalifah al-Muntanshir, al-Mustain, al-Mu’tazz, al-Muhtadi. Pada masa ini pula dinamakan pada masa disintegrasi. Disintegrasi yang pada akhirnya menjalar kenegara yang lebih luas, sehingga banyak negara yang memisahkan diri dari Dinasti Abbasiyah dan menjadi wilayah yang merdeka, misalnya Afrika Utara, Spanyol, Persia. 

Adapun khalifah Bani Abbasiyah pada periode ini adalah:
a.  Al-Mutawakkil             (232-247 H/847-861 M)
b.  Al-Muntashir               (247-248 H/861-862 M)
c.   Al-Mustain                   (248-252 H/862-866 M)
d.  Al-Mu’tazz                    (252-255 H/866-869 M)
e.  Al-Muhtadi                   (255-256 H/869-870 M)
f.    Al-Mu’tamid                 (256-279 H/870-892 M)
g.  Al-Mu’tadhid                (279-289 H/892-902 M)
h.  Al-Muktafi                    (289-295 H/902-908 M)
i.    Al-Muqtadir                  (295-320 H/908-932 M)
j.    Al-Qahir                        (320-323 H/932-934 M)
k.   Ar-Radhi                      (323-329 H/934-940 M)
l.    Al-Muttaqi                    (329-333 H/940-945 M)
m. Al-Mustakfie                (332-334 H/944-946 M)

3.  Periode Buwaihiyah atau pengaruh persia kedua (334-447 H/945-1054 M)

Ada 5 khalifah yang memerintah pada masa ini, masa ini berjalan lebih dari 150 tahun, namun secara de facto kekuasaan khalifah dilucuti dan bermunculan dinasti-dinasti baru. Kemunculan dinasti Buwaihhiyyah ini, pada awalnya untuk menyelamatkan khalifah yang telah jatuh sepenuhnya dibawah kekuasaan para pengawal yang berasal dari Turki. Dominasi bani Buwaihiyyah berasal dari diangkatnya Ahmad bin Buwaih oleh al-Muktafie sebagai jasa mereka dalam menyingkirkan pengawal-pengawal Turki. Pengangkatan ini merupakan senjata makan tuan, dimana Ahmad bin Buwaih yang diangkat sebagai amir umara’ dengan gelar Muiz Ad Daulah menurunkan Khalifah Muktafie.
Masa Dinasti  Buwaihiyyah ini, Dinasti Abasiyyah menghadapi 2 polemik besar, yaitu: 
a.    Adanya pemerintahan tandingan, yaitu berdirinya Fatimah (967-1171), dinasti Samaniah di Khurasan (847-1055), dinasti hamidiah di Suriah (924-1003), dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030), dinasti Ghaznawiyah di Afganistan (962-1187)
b.    Adanya perang ideologi antara syi’ah dan sunni. Sebenarnya, Buwaihiyyah merupakan dinasti yang beraliran syi’ah, sehingga sejak awal pemerintahannya mereka memaksakan upacara-upacara syi’ah seperti upacara kematian Husain cucu Rasulullah harus diperingati, jika tidak mau maka akan dihukum atau disiksa. Namun pemaksaan tersebut tidak berjalan lama karena harus berhadapan dengan masyarakat Sunni ditambah dengan adanya manifesto Baghdad yang secara langsung menghentikan propaganda Buwaihiyyah atas Syi’ah di Baghdad
Adapun khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode ini adalah:
a.  Al-Mustakfiy (945-946 )
b.  Al-Muti’ (946-974 )
c.   Al-Tâ’i (974-991 )
d.  Al-Qadîr (991-1031 )
e.  Al-Qhâ’im (1031-1075 )

4.  Periode Dinasti Saljuk Atau Pengaruh Turki Kedua (1054-1199 M)

Masa ini berawal ketika Saljuk mengontrol kekuasaan Abasiyyah dengan mengalahkan Bani Buwaihiyyah dan berakhir dengan adanya serbuan Mongol. Kekuasaan Saljuk berawal ketika penduduk Baghdad marah atas tindakan jenderal Arselan Basasieri yang memaksa rakyat Baghdad untuk menganut syi’ah dengan cara menahan khalifah al-Qaim dan menghapuskan nama-nama khalifah Abasiyyah diganti dengan nama khalifah Fatimiah. Kondisi ini tidak berlangsung lama dengan dikalahkannya Arselan Basaseri oleh Tughrul Bey yang pernah menjadi tentara bayaran Abasiyyah. Tughrul bey berhasil mendudukkan khalifah al-Qaim pada jabatannya sebagai penguasa yang sah dan resmi dengan gelar kehormatan Sulthan wa Malik As Syirqi wa Maghrib dan juga mengawinkannya dengan putri khalifah al-Qaim, adapun khalifah yang memerintah masa pengaruh Turki kedua ada 9.

Khalifah-khalifah itu hanya mempunyai wewenang dalam bidang keagamaan saja, sedangkan bidang lainnya dibawah dominasi Turki.
a.    Al-Qa’im (422-467 H/1031-1074 M)
b.    Al-Mustanzir (467-487 H/1075-1094 M)
c.    Al-Muqtadi (487-512 H/1094-1118 H)
d.   Al-Mustarshid (512-529 H/1118-1134 H)
e.    Al-Rasyid (529-530 H/1134-1135 M)
f.     Al-Muqtafi (530-555 H/1135-1160 M)
g.    Al-Mustanjid (555-566 H/1160-1170 M)
h.    Al-Mustadi’ (566-575 H/1170 H-1180 M)
i.      Al-Nasir (575-622 H/1180-1225 M)

5. Bebas Dari Pengaruh Lain (1199-1258)

Masa sesudah kekhalifahan Abasiyyah sebenarnya bebas dari pengaruh manapun namun secara perlahan namun pasti menuju kehancuran dimana setelah berakhirnya Mas’ud bin Muhammad yang menghabisi kekuasaan Seljuk maka kekhalifahan Abasiyyah dikacau lagi dengan adanya kaum Khuarzamsyah dari Turki yang dulunya menjadi pembantu Seljuk yang kemudian menamakan diri dengan Atabeg. Berkuasanya kaum Khuarzamsyah dibawah kepemimpinan sultan Alaudin Takash memaksa khalifah Nashir untuk mencari dukugan dari luar, dari bangsa Tartar  Mongol untuk menghancurkan lawan politiknya, dan inilah yang menjadi kesalahan terbesar Abasiyyah, karena selain menghancurkan Khurzamsyah bangsa Tartar juga memusnahkan Baghdad dan kota Islam lainnya hingga sampai masa hulagu khan cucu Jengis Khan

Adapun khalifah Bani Abbasiyah pada periode ini adalah:
a.  Al-Nasir (575-622 H/1180-1225 M)
b.  Al-Zahir (622-623 H/1225-1226 M)
c.   Al-Mustansir (623-640 H/1226-1242 M)
d.  Al-Musta’sim (640-656 H/1242-1258 M) 

C. Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Bani Abbasiyah


1. Bidang pemerintahan

a.   Memindah ibukota pemerintahan ke Baghdad
b.  Melakukan konsolidasi dan penertiban  pemerintahan
c.   Mengangkat sejumlah personal untuk menduduki pemerintahan lembaga yudikatif dan eksekutif
d.  Mengangkat wazir sebagai koordinator departemen
e.  Membangun lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara dan membenahi angkatan bersenjata
f.    Pemanfaatan kembali jawatan pos dengan ditambah fungsinya.
g.  Menaklukkan kembali daerah yang memisahkan diri.
h.  Memantapkan keamanan di daerah perbatasan

2. Bidang ekonomi

a.  Peningkatan pembangunan irigasi
b.  Meningkatkan hasil pertambangan (perak, emas, tembaga dan besi)
c.    Perdagangan transit antara timur dan barat
d.  Barang barang hasil dari wilayah bagian timur di perdagangkan dengan barang barang hasil dari wilayah barat.
e.  Perkembangan industri seperti kain linen (mesir), sutra dari Syiria dan Irak. Kertas dari samarkand serta berbagai produk pertanian sepertin gandum dari Mesir dan kurma dari Irak.
f.    Perdagangan melalui jalur laut dan darat

3. Bidang pendidikan

a.  Menerjemahkan manuskrip bahasa asing (Persia dan Yunani) kedalam bahasa Arab
b.  Didirikannya perpustakaan Bait Al Hikmah sebagai perpustakaan negara, pusat penelitian, pusat kegiatan studi dan riset astronomi dan matematika
c.   Dibangunnya lembaga-lembaga pendidikan
d.   Pembagian Lembaga pendidikan kedalam dua tingkat yaitu
-Maktab dan Masjid sebagai lembaga pendiddikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar pendidikan, hitungan dan tulisan, dan tempat remaja belajar dasar-dasar ilmu agama.
-Tingkat pendalaman bagi pelajar yang ingin menuntut ilmu dengan pergi pada seseorang guru atau beberapa ahli yang pelaksanaannya di rumah para ahli atau di masjid, bagi anak penguasa biasanya mengundang para ahli
e.  Berkembangnya ilmu filsafat dan sastra serta perkembangan dalam bidang  astronomi, ilmu matematika, dan ilmu kedokteran.
f.    Perkembangan dalam hukum Islam diantaranya terdapatnya 4 imam mazhab besar
g.  Di bidang ilmu filsafat diantaranya Al Farabi, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusd
h.  Di bidang optika terdapat Abu Ali Al Hasan, Ibnu Al Haytami, tentang teori cahaya.
i.    Di bidang matematika Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi dengan teori ilmu aljabar.
j.    Di bidang ilmu sejarah dikenal Al Mas’udi dengan karyanya Muruj Al Zahab Wa Maadzin Al Jawahir
k.   Di bidang kedokteran terdapat Ar Razi dan Ibnu Sina

4. Bidang sosial

a.  Pembangunan rumah sakit seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran
b.  Pembangunan sarana dan prasarana
c.   Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat

5. Bidang kebudayaan

Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain sehingga mempengaruhi pola pemikiran dan memiliki hasil yang bernilai guna


D. Kehancuran Dinasti Abbasiyah

            diantara hal yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut 

1. Persaingan Antar bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Dinasti Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Dinasti Umayyah berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khilafah Abbasiyah berdiri.

2. Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang  ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik.

3. Konflik Keagamaan

Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan. Konflik yang muncul menjadi isu sentra sehingga menyebabkan perpecahan. Berbagai alirn keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus Sunnah (Sunni), dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.

4. Perang Salib

Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi pemerintahan Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.

5. Serangan Bangsa Mongol

Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M. semua bangunan kota dihancurkan pasukan Mongol, termasuk  meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu, dan membakar buku yang ada di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk dan pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Syafawi. 

Serangan Bangsa Mongol
Serangan Bangsa Mongol

Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu. Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.